ARTIKEL ICW
Twitter: Revolusi 140 Karakter!
Tanggal: 2010-08-12
Kategori: Infonet
KOMPAS.com — Cericit burung selalu membuat semangat untuk bangun pagi. Suara itu bisa pula menjadi tanda, wabah Twitter telah menebar ke mana-mana. Bahkan, Sabtu (24/7/2010) subuh, penyair dan cendekiawan Goenawan Mohamad atau GM telah mulai "ngetweet" (berkicau). "Hitung-hitung olahraga di pagi hari...," katanya.
Pagi itu pemilik akun @gm_gm ini berkicau tentang pandangan Rabindranath Tagore tentang anak-anak. Salah satu kicauannya berbunyi, "Penyair Rabindranath Tagore iri kepada anak-anak: 'Berbahagialah engkau, duduk di debu, bermain dengan ranting patah sepanjang pagi' #anak". Hebatnya, seri tentang kepedulian Tagore lewat puisi-puisinya kepada anak-anak selalu disampaikan GM dalam 140 karakter! Itulah salah satu revolusi yang dilakukan Twitter dalam jaringan sosial media sehingga bisa begitu lekat dengan kehidupan orang-orang seperti GM.
Revolusi dalam pengertian yang amat fisik justru terjadi di Moldova sekitar awal April 2009. Sebagaimana diberitakan Kompas, 9 April 2009, aktivis dan jurnalis Natalia Morar pada 6 April 2009 memulai revolusi dari akun Twitter. "Kami mengorganisasi aksi menggunakan Twitter dan SMS.... Kami datang ke gedung parlemen. Di sana ternyata sudah ada 20.000 orang menanti. Benar-benar tidak bisa kupercaya," kata Morar. Dalam aksi itu kemudian polisi antihuru- hara merebut gedung parlemen yang dikuasai pemrotes dan menahan 193 pendukung oposisi yang menentang Partai Komunis yang berkuasa.
Kota sibuk dan macet seperti Jakarta kemudian menjadi habitat subur bagi tumbuhnya pengguna Twitter. Orang-orang seperti GM, penyanyi Sherina Munaf, dan presenter Olga Lydia mengisi kemacetan dengan berkicau tentang berbagai hal. Kicauan para pemilik akun bisa digolongkan ke dalam lima kategori: 1) promosi produk, 2) mengabarkan aktivitas sehari-hari, 3) diskusi tentang bidang yang digeluti, 4) posting sesuai interest masing-masing, atau bisa juga 5) kontrol sosial.
Karena pengikutnya yang begitu banyak -- lebih dari 500 ribu orang -- Sherina pernah dinobatkan sebagai "Woman for Networking" oleh majalah Marketeers. Selain itu, oleh berbagai produk, pengikut yang banyak juga berarti pasar. Sherina kemudian dikontrak oleh sebuah produk untuk berkicau tentang merek produk tersebut. "Saya menanggapi respons fans kalau ada komentar seru dan menarik," kata Sherina.
Olga Lydia tidak sejauh Sherina. Presenter ini hanya memperlakukan Twitter sebagai pengisi waktu yang terbuang di tengah kemacetan Jakarta atau saat-saat menunggu giliran rekaman. Saat riuhnya Piala Dunia lalu, Olga memberi ilustrasi, ia berkicau soal si Paul gurita. "Eh ternyata dapat jawaban macam-macam dan lucu...," katanya.
Bagi mantan anggota DPR, Alvin Lie, Twitter diperlakukan sebagai bagian dari media kontrol sosial. "Twitter jadi katup sosial. Kita sering komplain, tapi sulit disampaikan. Lewat Twitter justru bisa," katanya.
Blog Mikro
Menurut pengamat teknologi informasi Ono W. Purbo, Twitter termasuk blog mikro yang enak diakses karena mudah, cepat, dan murah. "Dibandingkan dengan Facebook, Twitter lebih ringkas karena hanya mengandalkan lalu lintas tulisan sepanjang 140 karakter dan tidak diganggu iklan, foto, dan video," katanya.
Sementara itu, menurut pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Muhamad Sulhan, Twitter dalam ilmu komunikasi pada prinsipnya adalah bentuk komunikasi interpersonal yang dimediakan. Indikasinya, pada Twitter terdapat status yang sifatnya personal yang diunggah. "Ungkapan personal itu sejajar dengan kata 'tweet'...," katanya.
Barangkali lantaran sifat-sifat Twitter inilah penggunanya terus melonjak. Menurut survei Sycomos, ComScore, dan Komunitas Twitter Fred Wilson, sebagaimana diungkapkan seorang narablog, Wicaksono, pengguna Twitter di Indonesia telah mencapai 5,6 juta orang. Jumlah itu menempatkan Indonesia sebagai negara pengguna Twitter tertinggi di Asia. Bahkan, Indonesia menduduki posisi nomor enam di dunia setelah Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Kanada, dan Australia.
Dengan hanya memberi ruang 140 karakter kepada para pemilik akun, Twitter kemudian bergerak menjadi revolusi penyederhanaan tampilan, sekaligus menantang kreativitas kita untuk bersikap lebih sublim dan bahkan kontemplatif. Jika revolusi penyederhanaan itu dialirkan kepada puluhan ribu orang, bahkan rezim pun terancam terguling di Moldova. Waspadalah. (AMR/XAR/IND/IAM/CAN)
Diambil dan disunting dari:
Tinggalkan komentar Anda...ke atas |